Tumpangan Perahu Dayung dari Masyarakat Biopis | SM-3T | SD Inpres Biopis
Pak Yogi dan Pak Ridwan serta Masyarakat Kampung Biopis saat di
Perjalanan Menggunakan Perahu Dayung Menuju Kampung Basim, Distrik Fayit
untuk Melaksanakan Sholat Jum’at. [Dokumentasi 11 November 2016] |
Setiap hari Jum’at Kami Guru SM-3T UPI Angkatan VI Tahun 2016 penempatan SD Inpres Biopis selalu meminta ijin kepada kepala sekolah untuk mengajar hanya sampai Jam 09.00 WIT. Ijin tersebut kami ajukan karena kami harus melaksanakan Ibadah Sholat Jum’at di Kampung Basim, Distrik Fayit. Perlu kalian ketahui bahwa untuk di Distrik Fayit sendiri hanya ada 1 Musholla dan itupun terletak di Pusat Distrik karena di sana banyak masyarakat pendatang yang beragama Islam.
Kami membutuhkan waktu tempuh 10 menit saja menggunakan perahu Fiber, 15 menit menggunakan perahu ketingting dan 30-45 menit menggunakan perahu dayung. Mungkin kalian bertanya-tanya ko waktu tempuh sebentar tapi ijin dari jam 9 pagi? Kami punya alasan yang kuat mengapa mengajukan ijin terlalu pagi sementara untuk sholat Jum’at sendiri dilaksanakan pukul 12.00 WIT.
Ternyata mencari alat tranportasi menuju pusat distrik itu tidak mudah, terkadang kami mudah mendapatkan tumpangan gratis ataupun tumpangan berbayar, terkadang kami juga kesulitan mendapatkan tumpangan padahal perahu yang lewat banyak dan kamipun tentunya sudah menyiapkan uang membayarnya, terkadang juga tidak ada sama sekali perahu yang melewati sungai dekat dermaga kampung Biopis. Inilah salah satu alasannya mengapa kami harus berangkat untuk sholat Jum’at lebih pagi.
Terkadang kami berdua harus menunggu 1 Jam sampai 2 jam di dermaga kampung Biopis agar mendapat tumpangan trasportasi menuju distrik Fayit. Jika kami tidak mendapatkan tumpangan sama sekali baik yang gratis maupun yang berbayar, kami terpaksan meminta batuan peserta didik kelas V dan VI untuk mengatarkan kami ke pusat distrik menggunakan perahu dayung. Biasanya kami diantarkan oleh 6 orang peserta didik menggunakan perahu dayung dengan ukuran yang paling besar milik masyarakat kampung Biopis atau masyarakat Kampung Bora.
Tidak hanya sampai mengantar kami ke tempat tujuan, mereka juga menunggu kami sampai kami selesai beribadah sholat Jum’at. Kamipun jika diantar oleh peserta didik kelas V dan VI ke pusat distrik selalu memberikan mereka minum dan makan karena mendayung itu pasti cape perlu tenaga yang banyak, sebagai guru kami juga punya rasa tanggungjawab kepada anak-anak didiknya.
Seperti pada gambar diatas kebetelulan hari Jum’at tanggal 11 November 2016 kami hamipr 2 jam di dermaga kampung Biopis menunggu perahu yang lewat, akan tetapi tak ada satupun yang melewati sungai. Alhamdulilah karena niat kami kepusat distrik untuk beribadah Allah memberikan kami bantuan melalui masyarakat kampung Biopis. Mereka sengaja mengantarkan kami ke pusat distrik karena melihat kami cukup lama menunggu perahu yang tak kunjung lewat.
Ada sekitar 4 orang masyarakat kampung Biopis yang mengatarkan kami menggunakan perahu dayung, 2 orang mendayung dibelakang kami 2 orang lagi mendayung di depan kami. Selain mengantrakan kami ternyata mereka juga mempunyai kepentingan juga yaitu akan membeli perlengkapan untuk pesta budaya yang akan di adakan di Rumah Bujang Kampung Biopis. Perlu diketahui untuk masyarakat kampung Biopis sendiri mereka tidak pernah meminta kepada kami uang bayaran tumpangan perahu. Mereka semuanya sangat menghargai dan menghormati keberadaan guru.
Sayapun dengan Ridwan terkadang jika ada uang lebih membelikan makanan dan air untuk masyarakat yang mengantarkan kami ke pusat distrik, karena kami juga tidak tega yah apalagi mereka mengantarkan kami dengan sengaja karena melihat kami berdua yang menunggu tumpangan perahu berjam-jam di dermaga kampung Biopis
Kami membutuhkan waktu tempuh 10 menit saja menggunakan perahu Fiber, 15 menit menggunakan perahu ketingting dan 30-45 menit menggunakan perahu dayung. Mungkin kalian bertanya-tanya ko waktu tempuh sebentar tapi ijin dari jam 9 pagi? Kami punya alasan yang kuat mengapa mengajukan ijin terlalu pagi sementara untuk sholat Jum’at sendiri dilaksanakan pukul 12.00 WIT.
Ternyata mencari alat tranportasi menuju pusat distrik itu tidak mudah, terkadang kami mudah mendapatkan tumpangan gratis ataupun tumpangan berbayar, terkadang kami juga kesulitan mendapatkan tumpangan padahal perahu yang lewat banyak dan kamipun tentunya sudah menyiapkan uang membayarnya, terkadang juga tidak ada sama sekali perahu yang melewati sungai dekat dermaga kampung Biopis. Inilah salah satu alasannya mengapa kami harus berangkat untuk sholat Jum’at lebih pagi.
Terkadang kami berdua harus menunggu 1 Jam sampai 2 jam di dermaga kampung Biopis agar mendapat tumpangan trasportasi menuju distrik Fayit. Jika kami tidak mendapatkan tumpangan sama sekali baik yang gratis maupun yang berbayar, kami terpaksan meminta batuan peserta didik kelas V dan VI untuk mengatarkan kami ke pusat distrik menggunakan perahu dayung. Biasanya kami diantarkan oleh 6 orang peserta didik menggunakan perahu dayung dengan ukuran yang paling besar milik masyarakat kampung Biopis atau masyarakat Kampung Bora.
Tidak hanya sampai mengantar kami ke tempat tujuan, mereka juga menunggu kami sampai kami selesai beribadah sholat Jum’at. Kamipun jika diantar oleh peserta didik kelas V dan VI ke pusat distrik selalu memberikan mereka minum dan makan karena mendayung itu pasti cape perlu tenaga yang banyak, sebagai guru kami juga punya rasa tanggungjawab kepada anak-anak didiknya.
Seperti pada gambar diatas kebetelulan hari Jum’at tanggal 11 November 2016 kami hamipr 2 jam di dermaga kampung Biopis menunggu perahu yang lewat, akan tetapi tak ada satupun yang melewati sungai. Alhamdulilah karena niat kami kepusat distrik untuk beribadah Allah memberikan kami bantuan melalui masyarakat kampung Biopis. Mereka sengaja mengantarkan kami ke pusat distrik karena melihat kami cukup lama menunggu perahu yang tak kunjung lewat.
Ada sekitar 4 orang masyarakat kampung Biopis yang mengatarkan kami menggunakan perahu dayung, 2 orang mendayung dibelakang kami 2 orang lagi mendayung di depan kami. Selain mengantrakan kami ternyata mereka juga mempunyai kepentingan juga yaitu akan membeli perlengkapan untuk pesta budaya yang akan di adakan di Rumah Bujang Kampung Biopis. Perlu diketahui untuk masyarakat kampung Biopis sendiri mereka tidak pernah meminta kepada kami uang bayaran tumpangan perahu. Mereka semuanya sangat menghargai dan menghormati keberadaan guru.
Sayapun dengan Ridwan terkadang jika ada uang lebih membelikan makanan dan air untuk masyarakat yang mengantarkan kami ke pusat distrik, karena kami juga tidak tega yah apalagi mereka mengantarkan kami dengan sengaja karena melihat kami berdua yang menunggu tumpangan perahu berjam-jam di dermaga kampung Biopis
Posting Komentar untuk "Tumpangan Perahu Dayung dari Masyarakat Biopis | SM-3T | SD Inpres Biopis"