Mencari Kayu Bakar di Kebun milik Masyarakat Biopis | SM-3T | SD Inpres Biopis
Guru SM-3T, Pak Yogi
saat mencari kayu bakar bersama peserta didik kelas VI di kebun milik
masyarakat kampung Biopis. | Dokumentasi 21 November 2016
|
Keberadaan kayu bakar menjadi sangat penting ketika hidup di pedalaman, untuk memasak makanan, memasak air tentunya harus memakai kayu bakar. Sebenarnya di kabupaten Asmat sendiri terdapat minyak tanah yang harganya sangat murah yaitu Rp. 6000,00 per liter, keberadaan minyak tanah dengan harga murah ini karena ada subsidi dari pemerintah. Minyak tanah dengan subsidi ini memang sangat membantu bagi masyarakat. Minyak tanah selain dipakai untuk kompor juga dipakai untuk sumber menyalakan pelita. Karena listrik di Kabupaten Asmat terbatas pelitalah yang dipakai masyarakat untuk menggantikan lampu yang menyala dengan tenaga listrik.
Perlu diketahui juga ternyata minyak tanah ini jika sudah sampai di pusat-pusat distrik harganya berbeda, tidak sama dengan di Agats sebagai pusat dari kabupaten Asmat. Untuk di Distrik Fayit sendiri harga minyak tanah mencapai Rp. 10.000,00 per liter. Jika kami terus menggunakan kompor untuk setiap memasak makanan dan air tentunya 1 liter minyak tanah itu tidak akan bertahan lama mungkin untuk 2-4 hari saja. Sementara keadaan keuangan kami terbatas, sehingga kami menggunakan kayu bakar untuk kegiatan memasak setiap harinya.
Sebenarnya saya dengan rekan saya pak Ridwan sebelumnya tidak pernah kehutan atau kekebun mencari kayu bakar, tapi karena di rumah dinas guru sudah tidak persediaan kayu bakar sama sekali kamipun berdua dibantu dengan beberapa peserta didik kelas VI berangkat ke kebun milik masyarakat kampung Biopis. Jarak menuju kebun tidak terlalu jauh hanyak sekitar 10 menit memakai perahu dayung serta 5 menit jalan kaki menuju lokasi kebun milik masyarakat kampung Biopis tersebut, jadi kami hanya membutuhkan waktu sekitar 15 untuk sampai ke tempat pencarian kayu bakar.
Kayu yang kami ambilpun adalah kayu yang yang berasal dari pohon mati yang sudah kering. Kami dibantu oleh 4 orang peserta didik kelas VI sehingga tidak perlu waktu lama untuk mendaptkan kayu bakar. Sebenarnya kami biasanya mendapat kayu bakar dari seluruh peserta didik SD Inpres Biopis, jadi biasanya guru-guru SD Inpres Biopis sebelum memulangkan peserta didik ditiap-tiap kelas mengumumkan bahwa setiap peserta didik harus membawa kayu bakar untuk pak guru Yogi dan Ridwan. Kalian bisa membanyangkan sendiri jika setiap peserta didik membawa 2 kayu bakar saja sementara jumlah peserta didik yang hadir kesekolah sekitar 100 orang berarti kami bisa mendapatkan 200 batang kayu bakar dan itu dapat dipakai untuk 1 minggu memasak.
Selain dari seluruh peserta didik, kami juga biasanya mendapat kayu bakar hasil dari pencarian Yanuaris Teta, yaitu peserta didik yang tinggal bersama kami di rumah guru. Setiap satu minggu sekali biasaya pak Lukas Guru Agama Katholik selalu mengumumkan kepada seluruh peserta didik untuk membawa kayu bakar untuk kami berdua. Namun lama kelamaan peserta didik semakin jarang yang membawa kayu bakar walaupun sudah diberi instruksi oleh beberapa Guru SD Inpres Biopis. Kemungkinan besar merekapun kesulitan untuk mendapatkan kayu bakar sehingga hanya beberapa orang saja yang bisa memberikan kayu bakar kepada kami.
Keadaan ini tentunya membuat kami berdua harus turun langsung mencari kayu bakar kehutan. Kami di bantu oleh sekitar empat orang peserta didik kelas VI untuk mencari kayu bakar. Satu kali kami ke hutan biasanya bisa mendapat kayu bakar untuk digunakan selama tiga hari. Begitulah menjadi guru SM-3T mudah mendapatkan bantuan dari anak-anak serta masyarakat terkadang juga ada waktunya juga kami kesulitan mendapat bantuan dari anak-anak dan masyarakat padahal hanya untuk meminta kayu bakar saja.
Perlu diketahui juga ternyata minyak tanah ini jika sudah sampai di pusat-pusat distrik harganya berbeda, tidak sama dengan di Agats sebagai pusat dari kabupaten Asmat. Untuk di Distrik Fayit sendiri harga minyak tanah mencapai Rp. 10.000,00 per liter. Jika kami terus menggunakan kompor untuk setiap memasak makanan dan air tentunya 1 liter minyak tanah itu tidak akan bertahan lama mungkin untuk 2-4 hari saja. Sementara keadaan keuangan kami terbatas, sehingga kami menggunakan kayu bakar untuk kegiatan memasak setiap harinya.
Sebenarnya saya dengan rekan saya pak Ridwan sebelumnya tidak pernah kehutan atau kekebun mencari kayu bakar, tapi karena di rumah dinas guru sudah tidak persediaan kayu bakar sama sekali kamipun berdua dibantu dengan beberapa peserta didik kelas VI berangkat ke kebun milik masyarakat kampung Biopis. Jarak menuju kebun tidak terlalu jauh hanyak sekitar 10 menit memakai perahu dayung serta 5 menit jalan kaki menuju lokasi kebun milik masyarakat kampung Biopis tersebut, jadi kami hanya membutuhkan waktu sekitar 15 untuk sampai ke tempat pencarian kayu bakar.
Kayu yang kami ambilpun adalah kayu yang yang berasal dari pohon mati yang sudah kering. Kami dibantu oleh 4 orang peserta didik kelas VI sehingga tidak perlu waktu lama untuk mendaptkan kayu bakar. Sebenarnya kami biasanya mendapat kayu bakar dari seluruh peserta didik SD Inpres Biopis, jadi biasanya guru-guru SD Inpres Biopis sebelum memulangkan peserta didik ditiap-tiap kelas mengumumkan bahwa setiap peserta didik harus membawa kayu bakar untuk pak guru Yogi dan Ridwan. Kalian bisa membanyangkan sendiri jika setiap peserta didik membawa 2 kayu bakar saja sementara jumlah peserta didik yang hadir kesekolah sekitar 100 orang berarti kami bisa mendapatkan 200 batang kayu bakar dan itu dapat dipakai untuk 1 minggu memasak.
Selain dari seluruh peserta didik, kami juga biasanya mendapat kayu bakar hasil dari pencarian Yanuaris Teta, yaitu peserta didik yang tinggal bersama kami di rumah guru. Setiap satu minggu sekali biasaya pak Lukas Guru Agama Katholik selalu mengumumkan kepada seluruh peserta didik untuk membawa kayu bakar untuk kami berdua. Namun lama kelamaan peserta didik semakin jarang yang membawa kayu bakar walaupun sudah diberi instruksi oleh beberapa Guru SD Inpres Biopis. Kemungkinan besar merekapun kesulitan untuk mendapatkan kayu bakar sehingga hanya beberapa orang saja yang bisa memberikan kayu bakar kepada kami.
Keadaan ini tentunya membuat kami berdua harus turun langsung mencari kayu bakar kehutan. Kami di bantu oleh sekitar empat orang peserta didik kelas VI untuk mencari kayu bakar. Satu kali kami ke hutan biasanya bisa mendapat kayu bakar untuk digunakan selama tiga hari. Begitulah menjadi guru SM-3T mudah mendapatkan bantuan dari anak-anak serta masyarakat terkadang juga ada waktunya juga kami kesulitan mendapat bantuan dari anak-anak dan masyarakat padahal hanya untuk meminta kayu bakar saja.
Posting Komentar untuk "Mencari Kayu Bakar di Kebun milik Masyarakat Biopis | SM-3T | SD Inpres Biopis"